BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Sebagai tempat tinggal, rumah telah mengalami
perkembangan yang signifikan sampai saat ini. Salah satu tren rumah yang sedang
marak adalah Rumah Minimalis.
Rumah
Minimalis adalah sebuah gaya arsitektur
bangunan yang tengah menjadi tren di metropolitan. Karya arsitektur bangunan,
termasuk rumah minimalis, merupakan pilihan-pilihan terhadap bentuk arsitektur
sebagai akibat budaya.
MINIMALIS adalah pola berpikir, bekerja, dan suatu
cara hidup. Sebuah cara pandang baru dalam melihat desain sebagai refleksi cara
hidup masyarakat urban yang serba praktis, ringan, efisien, dan penuh kesederhanaan.
Rumah minimalis pun hadir dengan karakter lebih jelas
(bentuk dan ruang geometris, sederhana), lebih baik (kokoh), dan lebih kuat
dengan ruang- ruang yang kosong (sedikit ornamen dan perabotan). Prinsipnya
semakin sederhana, maka kualitas desain, ruang yang ada, dan penyelesaian
bidang struktur harus semakin lebih baik.
Namun perlu dicatat terlalu minimalis akan menjadi
steril, tunggal rupa, dan cenderung membosankan. Untuk itu perlu dipahami
bersama bagaimana pengembangan dasar rumah minimalis dalam konteks budaya
masyarakat urban kita.
Bentuk rumah minimalis tidak selalu harus kotak
sederhana, tetapi juga dapat berbentuk platonik geometri menjadi bagian dari
lanskap yang “tiba-tiba” muncul ke atas.
Minimum is ultimate ornament. Minimum menjadi tujuan
sekaligus ornamen itu sendiri yang sederhana dan murni (simple and pure).
Garis-garis lurus, bidang-bidang datar yang mulus, terkadang kasar, dan
pertemuan bidang yang serba siku tegak lurus. Blocking massa, material,
pencahayaan, pengulangan, sirkulasi ringkas, optimalisasi multifungsi ruang dan
berurut.
B. IDENTIFIKASI
Pemakaian
beragam bahan material seperti kayu, batu bata, batu kali, kaca, beton ekspos,
atau baja juga dapat tampil murni. Ekspos dominasi bahan material tertentu akan
menghasilkan efek yang berbeda-beda. Desain dan perhitungan struktur yang
detail dapat menghemat pemakaian bahan material dengan hasil bangunan tetap
optimal.
Penyelesaian
mulai dari lantai, dinding, pintu, jendela, lubang angin, skylight, plafon,
hingga atap, dengan kombinasi pemakaian bahan secara konsisten. Rangka (beton,
baja), dinding (kaca, kayu, beton polos/ekspos, baja, batu kali, batu bata,
hebel, batako), pintu dan jendela (kayu, metal), tangga (beton, baja, kayu,
fiberglass), skylight (fiberglass), lantai (semen, teraso, keramik, marmer,
parquet), plafon (tripleks, gipsum) atau tanpa plafon (beton ekspos, ekspos
rangka atap baja, kayu) dan atap (genteng, sirap, baja).
Rumah minimalis
menekankan bentuk desain yang lugas, polos, sederhana, tidak rumit, kompak, dan
efisiensi ruang. Mahal murah suatu bangunan sangat ditentukan oleh pemakaian
bahan material yang digunakan dari desain yang diusulkan.
Kesan minimalis
juga tampil pada sikap arsitek, atas persetujuan klien sebagai calon penghuni
rumah, untuk “sukarela” mereduksi berbagai kebutuhan yang tidak penting.
Rumah minimalis
jelas akan terasa nyaman untuk ditinggali bagi masyarakat urban yang serba
praktis, fungsional, ringan, hemat, dan efisien, karena minimalis adalah
pengejawantahan gaya hidup mereka, sesuai dengan kebutuhan fungsi mereka.
Penataan cahaya
lampu yang cermat dan berseni (lampu sorot, lampu tanam, lampu gantung, lampu
taman) membuat rumah minimalis tampak lebih artistik di malam hari.
Rumah minimalis
akan terus berkembang seiring dengan kreativitas arsitek, inovasi desain, dan
ditunjang kecanggihan teknologi, membuat penampilan rumah minimalis akan selalu
hadir dengan terobosan- terobosan baru yang segar, detail yang makin sempurna,
dan harga yang semakin terjangkau.
Pada akhirnya nilai keindahan rumah minimalis tidak
lagi mengandalkan ornamen dan obyek artifisial, tetapi lebih bermakna kepada
sebuah kejujuran bentuk, fungsi, dan penjiwaan ruang yang diciptakan.
BAB II PEMBAHASAN
A. BAHAN
BAKU BATU BATA
Bahan baku batu bata adalah tanah liat atau tanah
lempung yang telah dibersihkan dari kerikil dan batu-batu lainnya. Tanah ini
banyak ditemui di sekitar kita. Itulah salah satu penyebab, batu bata mudah
didapatkan. Adakalanya, kita melihat batu bata yang warna dan tingkat kekerasannya
berbeda. Perbedaan ini disebabkan karena perbedaan bahan baku tanah yang
digunakan serta perbedaan teknik pembakaran yang diterapkan.
Jenis Batu Bata
Secara umum,
ada 2 jenis batu bata, yaitu:
· Batu bata
konvensional
Batu bata ini dibuat dengan cara
tradisional dan menggunakan alat-alat yang sederhana. Tanah liat atau tanah
lempung yang telah dibersihkan, diberi sedikit air dan selanjutnya dicetak
menjadi bentuk kotak-kotak. Cetakan batu bata biasanya terbuat dari kayu yang
secara sederhana dibuat menjadi kotak.
Adonan yang telah dicetak,
dikeluarkan dan dijemur di bawah matahari sampai kering. Batu bata yang sudah
kering kemudian disusun menyerupai bangunan yang tinggi kemudian dibakar dalam
jangka waktu yang cukup lama, kurang lebih selama 1 hari sampai batu terlihat
hangus. Suhu api pada saat pembakaran dapat mencapai 1000 derajat Celcius.
Dalam pembakaran batu bata biasa menggunakan rumput atau sekam yang akan
membuat batu bata memilki lubang-lubang kecil menyerupai pori-pori.
Salah satu ciri dari batu bata
konvensional adalah bentuk yang tidak selalu sama, tidak rapi dan bertekstur
kasar. Ini dapat dipahami karena pembuatan batu bata konvensional menggunakan
alat-alat yang sederhana dan lebih mengutamakan sumber daya manusia dalam
pembuatannya.
·
Batu bata pres
Pembuatan
batu-bata ini menggunakan bantuan mesin-mesin. Hasilnya adalah batu-bata yang
memiliki tekstur halus, memiliki ukuran yang sama dan terlihat lebih rapi.
Memilih batu
bata sebagai bahan pembuat tembok memang cukup beralasan. Hal ini dikarenakan
batu bata memiliki keunggulan, di antaranya:
· Murah
Tanah liat yang
merupakan bahan utama batu bata mudah didapat dan persediaannya cukup banyak di
negara kita. Ini menyebabkan harga batu bata cukup murah.
· Mudah didapat
Selain karena
bahan baku yang mudah didapat. Batu bata juga mudah dibuat, hanya membutuhkan
alat-alat sederhana dan modal yang kecil sehingga banyak masyarakat yang dapat
membuatnya. Persediaan batu bata menjadi mudah diperoleh.
· Warna yang unik
Warna oranye
yang menjadi cirri khas batu bata menjadi daya tarik sendiri. Pemilik rumah
adakalanya sengaja tidak menutup batu bata dengan semen dan cat, sebaliknya
batu bata dibiarkan terekspos sehingga memberikan kesan alami pada rumah.
· Kuat
Batu bata tahan
terhadap cuaca panas, cuaca dingan dan udara lembab. Hal inilah yang diharapkan
mampu diberikan tembok sebagai salah satu pelindung rumah.
· Penolak panas
yang baik
Karena sifatnya
yang mampu menolak panas, batu bata sangat cocok untuk dijadikan tembok rumah.
Batu bata mampu membuat di dalam rumah terasa dingin walau diluar rumah cuaca
panas.
Batu bata telah
menjadi bagian dari sebagian besar rumah yang ada di Indonesia. Dengan berbagai
keunggulannya, tidak heran jika batu bata yang berwarna unik ini masih
bertahan untuk menjadi bagian dari rumah kita.
B. DINDING
BANGUNAN BATU BATA
Dinding adalah bagian
bangunan yang sangat penting perannya bagi suatu konstruksi bangunan.Dinding
membentuk dan melindungi isi bangunan baik dari segi konstruksi maupun
penampilan artistik dari bangunan.
Ditinjau dari bahan
mentah yang dipakai, dinding bangunan dapat dibedakan atas:
1. Bata
cetak/bata kapur
adalah
batu buatan yang dibuat dari campuran beberapa bahan dengan perbandingan
tertentu, Umumnya digunakan pada rumah-rumah sederhana di perkampungan, pagar
pembatas tanah dan lain sebagainya.
2. Bata
celcon atau hebel
terbuat
dari pasir silika. Harganya lebih mahal dari pada bata merah. Ukuran umumnya 10
cm x 19 cm x 59 cm.
3. Dinding
Partisi
bahan
yang dipakai umumnya terdiri dari lembaran multiplek atau papan gipsum dengan
ketebalan 9-12 mm.Selain mengunakan multiplek atau papan gypsum dinding partisi
juga bisa dibuat dengan bahan yang terbuat dari kaca yang tenbalnya bisa
disesuaikan.
4. Batako
dan blok beton
adalah
batu buatan yang dibuat dari campuran bahan mentah: tras+ kapur + pasir dengan
perbandingan tertentu. Batu buatan jenis ini bentuknya berlubang, model dan
lubangnya dibuat bermacam variasi model. Blok beton, adalah batu buatan yang
dibuat dari campuran bahan mentah: semen + pasir dengan perbandingan tertentu,
sama juga dengan bataco, blok beton ini juga berlubang.
5. Batu
bata (bata merah)
pada
umurnnya merupakan prisma tegak (balok) dengan penampang empat persegi panjang,
ada juga batu yang berlubang-lubang, batu bata semacam ini kebanyakan digunakan
untuk pasangan dinding peredam suara. Ukuran batu bata di berbagai tempat dan
daerah tidak sama besarnya disebabkan oleh karena belum ada keseragaman ukuran
dan teknik pengolahan.Ukuran batu bata umumnya berkisar 22 x 10,5 x 4,8 cm
sampai 24x11,5 x 5,5 cm.
Dinding Batu Bata
Dinding
bata merupakan dinding yang paling lazim digunakan dalam pembangunan gedung
baik perumahan sederhana sampai pembangunan gedung-gedung yang ukurannya besar.
Karena itu pasangan batu bata memiliki seni tersendiri dalam system
pemasangannya dalam konstruksi dinding.
Pembuatan
batu bata harus memenuhi peraturan umum untuk bahan bangunan di Indonesia NI-3
dan peraturan batu merah sebagai bahan bangunan NI-10. Batu merah dibuat dengan
menggunakan bahan-bahan dasar :
1)
Lempung (tanah liat), yang mengandung silika sebesar
50 % sampai dengan 70%.
2)
Sekam padi, fungsinya untuk pencetakan batu merah,
sebagai alas agar batu merah tidak melekat pada tanah, dan permukaan batu merah
akan cukup kasar. Sekam padi juga dicampur pada batu merah yang masih mentah.
waktu pembakaran batu merah akan terbakar dan pada bekas sekam padi yang
terbakar akan timbul pori-pori pada batu merah
3)
Kotoran binatang, dipergunakan untuk melunakkan
tanah,digunakan kotoran kerbau, kuda dan Iain-lain. Fungsi kotoran binatang
dalam campuran batu merah ialah membantu dalam proses pembakaran dengan
memberikan panasnya yang lebih tinggi di dalam batu merah.
4)
Air, digunakan untuk melunakkan dan merendam tanah.
Lempung yang sudah dicampur dengan sekam padi dan kotoran binatang kemudian
direndam dengan air ini beberapa waktu lamanya.
Campuran
itu direndam selama satu hari satu malam dengan kondisi yang sudah bersih dari
batu-batu kerikil atau bahan lain yang dapat menjadikan kualitasnya jelek.
Kemudian dicetak dengan menggunakan cetakan dari kayu, bisa juga digunakan
cetakan dari baja. Untuk mempermudah lepasnya batu merah yang dicetak, maka
bingkai cetakan dibuat lebih besar sedikit ke bawah dan dibasahi dengan air.
Batu
merah yang belum dibakar juga disebut batu hijau. Sesudah keras bata dapat
dibalik pada sisi yang lain. Lalu ditumpuk datam susunan setinggi 10 atau 15
batu. Susunan ini terlindung dari sinar matahari dan hujan. Pengeringan ini
membutuhkan waktu selama 2 hari s/d 7 hari.
Pembakaran
batu hijau ini dilakukan setelah batu itu kering dan disusun sedemikian rupa,
sehingga berupa suatu gunungan dengan diberi celah-celah lobang untuk
memasukkan bahan bakar.
Hasil
batu merah yang baik bakarannya, tergantung dari banyaknya batu merah yang
dibakar. Kalau yang dibakar sedikit saja, persentase hasil pembakaran lebih
banyak. Pada umumnya kerusakan. batu merah dalam proses pembakaran sekitar 20%
sampai 30%. Bahan bakarnya menggunakan kayu atau sekam padi. Setelah selesai
proses pembuatan, batu merah selalu harus disimpan dalam keadaan cukup kering.
Bila tidak ada gudang, maka dilindungi dengan plastik terhadap air hujan.
Ciri-ciri batu merah yang baik ialah :
1.
Permukaannya kasar
2.
Warnanya merah seragam (merata)
3.
Jika dipukul Bunyinya nyaring
4.
Tidak mudah hancur atau patah.
Ukuran-ukuran batu merah bermacam macam tergantung
kegunaan dan pesanan, namun umumnya di Indonesia ukuran standar seperti berikut
:
1. panjang
240 mm, lebar 115 mm, tebal 52 mm atau
2. panjang
230 mm, lebar 110 mm, tebal 50 mm
Penyimpangan terbesar, dari ukuran-ukuran seperti
tersebut di atas ialah: untuk panjang maksimal 3 %, lebar maksimal 4 % dan
tebal maksimal 5 %. Tetapi antara bata-bata dengan ukuran-ukuran terbesar dan
bata-bata dengan ukuran-ukuran ter-kecil, selisih maksimal yang diperbolehkan
ialah: untuk panjang 10 mm, untuk lebar 5 mm dan untuk tebal 4 mm.
Batu merah dapat dibagi atas tiga tingkat seperti
berikut:
1. Batu
merah mutu tingkat I dengan kuat tekan rata-rata lebih besar dari 100
kg/cm2 dengan ukuran yang sama tanpa penyimpangan.
2. Batu merah mutu tingkat II dengan kuat
tekan rata-rata antara 80 kg/cm2 dan 100 kg/cm2 dan ukurannya menyimpang 10%.
3. Batu
merah mutu tingkat III dengan kuat tekan rata-rata antara60 kg/cm2 dan 80
kg/cm2 dan ukurannya menyimpang 20%.